Minggu, 08 Februari 2009

REMAJA, ANTARA HARAPAN DAN TANTANGAN

Remaja selalu merupakan hal yang unik dan menarik untuk dibicarakan. Orang tua sibuk dengan pemikiran tentang anaknya yang sedang meningkat remaja. Guru kadang-kadang gembira menghadapi anak didiknya yang berprestasi, kadang-kadang juga dibuat pusing dan kehilangan akal dalam menghadapi anak didiknya yang berprilaku kurang terpuji, suka mengganggu, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah. Masyarakat juga sering terganggu oleh olah remaja yang meresahkan mereka.
Dalam sudut pandang psikologis dan pendidikan, remaja diartikan sebagai tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam, itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.
Dalam sudut pandang masyarakat, ada beberapa macam tanggapan, hal ini disebabkan adanya tingkat perekonomian dan pendidikan. Pada masyarakat yang masih terbelakang istilah remaja tidak dikenal karena banyaknya pasangan yang kawin pada umur yang sangat muda. Pada masyarakat desa yang agak maju dikenal berbagai istilah remaja dengan sebutan jaka – dara, bujang – gadis, masa berlangsungnya sebutan jaka, dara, bujang, gadis, pada umumnya tidak begitu panjang. Sedangkan pada masyarakat yang sudak maju, remaja harus terlebih dahulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempunyai kemantapan emosi, sosial, dan kepribadian.
Dalam pandangan hukum bahwa umur remaja adalah berkisar antara 13 – 18 tahun. Ini terbukti dengan adanya peraturan bagi para calon pemilih harus berusia 17 tahun atau sudah kawin dan bagi orang yang ingin membuat SIM harus berusia 18 tahun.
Dalam Islam istilah remaja tidak ada, namun seseorang dianggap remaja apabila telah akil baliq dan bisa bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.
Ini terbukti dalam Al-Quran pada surat An-Nur ayat 59, yang artinya: “Dan apabila anak-anakmu kelak sampai umur baliq, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Pertumbuhan remaja tergantung pada keadaan ekonomi, sosial, budaya, dan keberagaman masyarakat tempat remaja itu hidup dan dibesarkan. Pada masyarakat yang masih terbelakang, masa remaja dilalui dengan mudah dan cepat, seolah-olah umur remaja itu berlalu begitu saja tanpa menemui kesulitan yang berarti. Lain halnya dengan remaja yang hidup pada masyarakat yang sudah maju, penuh dengan persaingan dan tuntutan serta tanggung jawab besar untuk mencapai penerimaan lingkungannya, maka masa remaja yang kurang menentu berlanjut lama dan berat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap manusia pada tahap-tahap perkembangannya selalu membutuhkan atau tergantung kepada manusia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak seorangpun yang sanggup hidup terlepas dari lingkungan masyarakatnya.
Masalah penting yang dihadapi oleh orang tua dengan anak-anaknya yang mulai meningkat remaja adalah sulitnya berkomunikasi. Penanganan terhadap remaja oleh orang tua ada bermacam-macam pula. Ada yang keras, ada yang secara kekeluargaan (familiar), ada juga yang masa bodoh terhadap perkembangan anaknya. Selain itu, tidak dapat kita pungkiri pula bahwa adanya perbedaan penanganan oleh orang tua, misalnya: ada orang tua yang terlalu memberi kebebasan dan keleluasaan kepada anaknya yang sudah remaja tetapi ada juga yang terlalu keras dan mengekang si anak.
Sekolah dapat menumbuhkan nilai-nilai akhlak dan prinsip-prinsip yang diperlukan dalam penyesuaian diri remaja dengan masyarakat, dalam situasi belajar dan kegiatan kelompok. Sekolah dapat menumbuhkan jiwa demokratis, keadilan, kebebasan, persamaan, kesetiakawanan, pengorbanan, dan nilai-nilai yang sangat diharapkan oleh masyarakat.
Kewajiban sekolah yang terpenting adalah membantu remaja agar dapat menyesuaian diri, menciptakan persahabatan, dan mendorong mereka untuk bergabung dalam kegiatan kelompok sekolah yang bermacam-macam, di mana terlihat betapa pentingnya arti kelompok dalam kehidupan remaja.
Remaja pada fase ini sedang berusaha bebas dari keluarga dan tidak tergantung kepada orang tua. Oleh sebab itu, mereka mencari pengganti yang ditemukannya dalam kelompok teman, karena mereka saling dapat membantu dalam mempersiapkan diri menuju kemandirian emosional yang bebas dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan batin dan konflik sosial.
Remaja pada umumnya suka pada orang-orang terpandang, pemimpin masyarakat, pejabat pemerintah, dan pemuka agama, yang mau memahami kebutuhan, keadaan, dan keberadaan mereka yang sedang mencari identitas diri. Namun, apabila orang yang dikaguminya itu mempunyai kekurangan atau menjadi gunjingan orang maka remaja akan menjadi kecewa dan frustrasi sehingga menunjukkan sikap yang negatif. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pendidikan agama yang tepat dan mantap serta pembinaan kepribadian yang sehat dan terpuji.
Masa remaja membawa berbagai perubahan sikap, perilaku, dan perubahan organ tubuh dan fungsinya. Perubahan itu menyebabkan kegoncangan perasaan bahkan juga menyebabkan perubahan perlakuan dan tanggapan orang tua dan orang dewasa lainnya terhadapnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah suatu tahap dalam rentang umur yang panjang, di mana di dalamnya terjadi berbagai perubahan, di antaranya ada yang dapat dilihat dengan nyata dan pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung. Keadaan itu membawa berbagai perubahan pada kelakuan remaja yang tidak hanya menyebabkan orang tua terkejut dan gelisah, bahkan remaja itu sendiri tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.
Dalam era globalisasi di mana ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh dan berkembang semakin pesat, seolah-olah dunia tanpa ruang, tanpa dinding, tanpa batas, sehingga banyak budaya asing yang kurang cocok dengan budaya kita menyelinap ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia, terutama kaum remaja. Sebabnya antara lain adalah kurangnya pendidikan, minimnya pengalaman, pengetahuan dan penghayatan agama pada sebagian besar kaum remaja kita, baik yang bersekolah maupun yang tidak bersekolah (yang putus sekolah).
Kenakalan remaja yang terjadi selama ini lebih cenderung pada diri remaja itu sendiri, misalnya: keterbelakangan, kecerdasan, kegoncangan, frustrasi, kehilangan kasih sayang, kurang perhatian, dan lain-lain.
Selain itu, faktor keluarga bisa juga membawa dampak pada remaja, misalnya: orang tua tidak rukun, sering bertengkar di hadapan anak-anak, bahkan ada pula orang tua yang melibatkan anak ke dalam perselisihan mereka dan lain-lain.
Konflik pertama yang pada umumnya selalu dialami pada usia remaja adalah konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. Konflik yang terjadi pada remaja ini perlu perhatian dan bimbingan.
Konflik kedua adalah konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan ketergantungan kepada orang tua. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam mencapai kematangan fisik dan psikis remaja dalam menghadapi masa depannya.
Konflik ketiga adalah konflik antara seks dan ketentuan agama serta nilai-nilai sosial. Dalam hal ini para remaja menyalahgunakan kematangan seksnya yakni dengan melakukan perzinahan di luar nikah. Hal ini sangat bertentangan dengan ketentuan agama dan nilai-nilai sosial. Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran bagi remaja untuk memperdalam pengetahuan dan pengamalan keagamaannya.
Konflik keempat yang selalu dialami oleh remaja adalah konflik nilai-nilai, yaitu antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari remaja ketika masih kecil dulu dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Konflik kelima adalah konflik masa depan. Remaja dituntut untuk menentukan masa depannya, baik itu berupa rencana, mencari kerja, maupun keterampilan dan persiapan untuk mencapainya.
Dalam hal ini, agama merupakan benteng dan obat mujarab untuk penyejuk jiwa, penyebar kedamaian di dalam kehidupan manusia yang beriman. Firman Allah SWT, yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Surat Yunus, ayat 57).
Kunci dari segala hal yang terjadi pada kenakalan remaja saat ini adalah memberikan pendidikan agama yang mampu menumbuhkembangkan iman dalam diri remaja serta menjelaskan manfaat ajaran agama dalam kehidupan nyata, sehingga mereka merasakan bahwa iman, ibadah, dan akhlak, merupakan kebutuhan jiwa, bukan hanya sekadar kewajiban kepada Allah semata. Oleh sebab itu, kehidupan manusia harus dijiwai oleh ajaran agama, terutama bagi remaja yang dalam proses pertumbuhan kepribadiannya.
Sebenarnya tidak semua remaja dapat terpengaruh oleh kebudayaan asing yang negatif, hal ini tergantung oleh beberapa faktor, antara lain yang terpenting adalah pendidikan agama yang mereka terima dan adat kebiasaan yang dijalankan oleh keluarga dan lingkungannya.
Penanggulangan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan pendekatan psikologis, yakni dengan cara konseling, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hal ini, keluarga juga mempunyai fungsi penting dalam menciptakan ketentraman batin remaja.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sesungguhnya yang dibutuhkan remaja dari orang tuanya adalah pengertian dan keterbukaan hati untuk menerima keluhan-keluhannya. Jika orang tua dapat dijadikan sebagai tempat untuk menumpahkan segala perasaan dan kesulitannya, maka remaja tidak akan menjadi berontak, nakal, resah, gelisah, frustrasi, dan sebagainya. Sebab masalah yang dihadapi dapat diatasinya dengan cara yang wajar dan akal yang sehat.
Selain itu, pembentukan kepribadian sejak usia dini akan membantu mereka untuk berpikir dewasa. Dalam hal ini, sangat diperlukan peran serta orang tua terutama para kaum ibu. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang berbunyi “Surga itu di bawah telapak kaki ibu”.
Dalam lingkungan sekolah, peran guru sangat penting karena guru dapat membantu remaja untuk mengatasi kesulitannya yang terkadang kurang mampu memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran, mudah tersinggung, atau cenderung bertengkar dengan teman-temannya. Keterbukaan hati seorang guru menerima remaja yang demikian menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik.
Masalah ini adalah tanggung jawab kita bersama dan hendaknya hal ini harus dipikirkan sedini mungkin agar mereka dapat diselamatkan dan sanggup memasuki usia dewasa yang penuh tanggung jawab.
Dalam kaitannya dengan berbagai masalah yang timbul dan masuknya kebudayaan asing maka diperlukan usaha-usaha penyelamatan generasi muda dari pengaruh negatif yang membawa kepada dekadensi moral. Hal ini sangat diperlukan mengingat penyelamatan generasi muda harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh sehingga membawa hasil yang maksimal. Dengan adanya usaha ini diharapkan dapat membentuk remaja-remaja yang bermoral dan siap untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua kepada generasi muda dengan penuh rasa tanggung jawab dan percaya diri. Dengan demikian, nasib negara dapat diselamatkan dari kehancuran menuju masyarakat yang madani, sehingga terciptalah negara yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
Hanya kepada Allah SWT kita memohon agar remaja kita selalu dalam lindungan-Nya, mendapat rahmat dan maghfirah-Nya, serta selamat menuju masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. Amin.

1 komentar:

Agung kurniawan mengatakan...

wah besok kayaknya kesini lagi nich
kunjungi balik ya......